MELIHAT ketua mereka, tentu saja kedua pihak terkejut dan semua orang lalu berlutut.
Category Archives: Kho Ping Hoo
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 37
MEREKA berdua tidak kekurangan makan dan kini Gwat Kong dapat menikmati rasa buah yang berwarna kuning di lereng itu. Buah yang berbau harum dan lezat dan belum pernah ia makan selama hidupnya. Juga daging burung itu merupakan makanan yang lezat. Mereka tidak kekurangan air karena di lereng itu terdapat pancuran air yang jernih dan sering kali mereka menikmati pemandangan yang amat indahnya di luar lobang yang menembus ke lereng bukit.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 36
TANPA sungkan-sungkan lagi, Tin Eng memegang tangan Gwat Kong.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 35
SUMBU ini menyala agak lama dan selama itu Cui Giok masih terheran-heran melihat sinar indah di ujung kanan itu. Ia mendekati dan mencongkel tanah dengan pedangnya. Makin indahlah sinarnya dan tiba-tiba ujung pedangnya menyentuh benda keras yang ternyata adalah batu-batu sebesar telur ayam yang mengeluarkan cahaya luar biasa. Ia tertegun dan maklum bahwa inilah yang dimaksudkan Gwat Kong dahulu itu. Inilah harta pusaka yang tak ternilai harganya.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 34
TIN Eng menggelengkan kepala. “Dia sudah bicara dengan aku tentang hal ini. Memang tadinya mendendam kepada ayahmu, bahkan sudah mencari ke Lam-hwat untuk membalas dendam. Akan tetapi ia mendengar bahwa ayahmu telah meninggal dunia maka ia menghabiskan urusan itu sampai di situ saja dan biarpun ia ingin bertemu dengan kau untuk menguji kepandaian, akan tetapi ia sama sekali tidak merasa sakit hati kepadamu.”
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 33
“Nona,” terdengar kakek tua itu berkata dengan suaranya yang halus dan sabar. “Apakah kau anak murid dari Sie Cui Lui?”
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 32
USAHANYA ini ternyata berguna sekali, oleh karena tiba-tiba ia melihat bayangan tinggi besar keluar dari gua itu. Ketika bayangan itu berhenti di depan gua, Kui Hwa terkejut sekali karena bayangan itu adalah seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar seperti seorang raksasa dalam dongeng. Tidak saja tubuhnya yang besar, akan tetapi pakaiannya juga aneh sekali. Berbeda dengan pakaian orang Han. Kulit mukanya kehitam-hitaman. Celananya panjang hitam dan bajunya hijau dengan leher baju hitam pula.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 31
BARU saja bertempur tiga puluh jurus lebih, Sin Seng Cu sudah tak dapat bertahan dan bersilat sambil mundur. Ketika suling Gwat Kong menusuk ke arah leher, ia menangkis dengan gagang tongkat yang berbentuk kepala naga, akan tetapi pedang Gwat Kong menyambar ke arah pinggang. Terpaksa ia membalikkan tongkatnya menangkis dan terdengar suara keras “Trang!” sehingga bunga api memancar keluar. Alangkah kagetnya Sin Seng Cu ketika melihat betapa ujung tongkatnya telah putus.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 30
KETIKA matahari mulai menyinarkan cahayanya, nelayan tua itu terjaga dari tidurnya. Melihat betapa Cui Giok masih duduk di dalam perahu sambil memangku kepala Gwat Kong, ia menggeleng-geleng kepala dan merasa amat terharu, teringat akan anak perempuannya yang telah mati.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 29
GWAT KONG menerima saputangan itu yang cepat dimasukkan ke dalam saku bajunya. Kemudian ia memandang gadis itu dengan sayu.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 28
NELAYAN tua itu membawa bekal beras dan dialah yang masak nasi dan memanggang ikan yang mereka dapat memancing di sungai. Kadang-kadang Gwat Kong atau Cui Giok pergi ke hutan dekat sungai untuk mencari binatang hutan seperti kijang, kelinci, ayam hutan dan lain-lain untuk dimakan dagingnya bersama nasi. Memang enak sekali makan di tempat-tempat terbuka, dekat api unggun itu!”
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 27
SEMENTARA itu, nelayan tua ketika mendengar ucapan-ucapan ini dan melihat sikap Song Bu Cu dan Lui Siok yang galak mengancam menjadi ketakutan. Ia berjongkok di dalam perahunya dengan tubuh menggigil dan mulutnya tiada hentinya menyebut nama Budha sambil memohon,
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 26
MENGHADAPI dua orang bersaudara yang amat peramah itu, tentu saja tak mungkin bagi Tin Eng untuk menyatakan keberatannya. Sungguhpun ia akan lebih senang apabila dapat melakukan perjalanan berdua saja dengan Kui Hwa. Demi kesopanan dan persahabatan, ia tersenyum sambil menjawab,
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 25
TAN KUI HWA adalah puteri seorang hartawan yang bernama Tan Kia Swi, yakni Tan-wangwe yang dahulu telah mencelakai orang tua dan keluarga Bun Gwat Kong! Semenjak kecilnya, Tan Kui Hwa memang nakal sekali dan ia memiliki watak seperti seorang anak laki-laki saja. Bahkan ia suka bermain-main dengan anak lelaki yang menjadi anak tetangga ayahnya. Orang tuanya mendiamkannya, sebagai anak orang hartawan yang amat dimanja, diturut belaka oleh ayah bundanya.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 24
SUNGGUHPUN ia sendiri tak amat pandai berenang, akan tetapi kalau hanya berenang dan menolong orang tenggelam saja Gwat Kong masih sanggup, maka tanpa banyak pikir lagi ia lalu melompat dan terjun ke bawah.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 23
MELIHAT betapa Si Kwi berjongkok dan menutup mukanya sambil mengaduh-aduh, Cong Si Ban menjadi terkejut sekali dan juga marah. Tanpa bertanya lagi siapa adanya pemuda itu dan tanpa mengingat bahwa sebetulnya adiknya sendirilah yang mencari penyakit dan bersikap sewenang-wenang terhadap pemuda itu. Si Ban telah maju dan menghantam dengan toyanya ke arah kepala Gwat Kong.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 22
IA memandang orang yang kini telah berdiri di depannya itu dan merasa heran sekali. Orang yang berdiri di depannya adalah seorang gadis muda yang usianya paling banyak delapan belas tahun, berwajah cantik manis dengan sepasang mata tajam dan mulut kecil membayangkan kekerasan hati dan keberanian besar. Pakaiannya kuning dengan ikat pinggang dan ikat rambut sutera merah.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 21
TIBA-tiba Tin Eng mendapatkan akal dan ia lalu mengeluarkan piauwnya dari kantong piauw. Ia memberi dua batang piauw kepada Kui Hwa dan berkata perlahan,
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 20
DUA orang anak muda itu sebetulnya adalah anak-anak seorang Pangeran di kota raja, yakni mendiang Pangeran Pang Thian Ong yang kaya raya. Hanya dua orang itulah anak Pangeran Pang, yang laki-laki bernama Pang Gun, sedangkan adiknya bernama Pang Sin Lan.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 19
TIN ENG tidak memperdulikan itu semua dan ia pura-pura tidak melihat pandang mata orang-orang yang ditujukan kepadanya dengan kagum, akan tetapi segera mendayung pergi perahunya menuju ke tengah danau. Ia tidak tahu bahwa di antara sekian banyak pendengar yang menjadi kagum mendengar dongeng dan obrolan orang-orang Hun-lam itu terdapat dua orang muda yang cukup menarik perhatian.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 18
GWAT Kong merasa terkejut dan ragu-ragu. Bagaimana ia bisa mengangkat sumpah untuk membalas musuh-musuh gurunya? Sedangkan musuh ayahnya pun ia tidak mau membalasnya karena ternyata bahwa puteri musuh ayahnya bukan orang jahat. Akan tetapi ia tidak berani membantah dan dengan cerdiknya ia mengulangi kata-kata suhunya dengan sedikit tambahan.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 17
“SAM-wi, memang benar aku yang berkuasa, akan tetapi harus kalian ketahui bahwa yang menangkap mereka bukanlah aku! Semenjak dahulu hubunganku dengan saudara Touw baik sekali, sampai datang Kang-lam Ciu-hiap dan memaksaku memberi hukuman kepada mereka. Kalau sekarang aku melepaskan mereka, bukankah aku melakukan kesalahan besar terhadap kedua pendekar muda itu? Harus diketahui bahwa mereka itu lihai sekali dan apa dayaku terhadap mereka?”
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 16
GWAT Kong tidak menjadi jerih, bahkan dengan tertawa bergelak ia lalu keluarkan seguci arak dari jubahnya. Dengan tangan kiri ia menenggak araknya yang dibawanya dari rumah Lie-wangwe, sedangkan tangan kanannya yang memegang pedang diputar sedemikian rupa sehingga senjata para pengeroyoknya tidak ada yang dapat menembus sinar pedangnya itu. Kemudian, ia menyimpan kembali guci araknya di dalam saku jubahnya dan para penjaga yang melihat ini diam-diam merasa heran sekali. Mengapa pemuda itu demikian doyan arak sehingga dalam keadaan pertempuran hebat dan dikeroyok sembilan orang ia ada kesempatan untuk minum arak?
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 15
GWAT Kong mengangguk-angguk dan berkata dengan suara nyaring dan mengejek. “Orang yang menjual kepandaian dapat disebut pengemis, hal itu masih tidak apa. Akan tetapi kalau kepandaian digunakan untuk memeras dan berlagak, maka ini sudah keterlaluan sekali!”. Sambil berkata demikian, Gwat Kong minum arak dari cawannya.
Pendekar Arak dari Kanglam ~ Jilid 14
RAMALAN ini ternyata terbukti tak lama kemudian. Biarpun memiliki ilmu kepandaian silat yang lumayan, akan tetapi ternyata ia kalah tenaga menghadapi pemuda raksasa itu. Tiap kali pukulannya kena tangkis, tubuhnya sampai terhuyung-huyung ke samping dan ia merasa lengan tangannya yang tertangkis sakit sekali.