“Ya, memang besar kemungkinan dia tak mau mengatakan, tapi akan kupaksa secara keras atau halus agar dia mengaku, sebelum dia menjelaskan tidak nanti aku mau sudahi urusan ini,” kata Kiau Hong.
Monthly Archives: October 2008
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 32
Ilmu silat yang dikeluarkan ini adalah satu diantara 72 macam ilmu silat pusaka Siau-lim-si, namanya “Siu-li-kian-gun” (menyekap jagat dalam lengan baju), sekali ia kebas lengan jubahnya, seketika tenaga pukulannya menyambar keluar dari dalam jubah. Jadi lengan jubah itu hanya sebagai tameng pukulan saja agar musuh tidak dapat membedakan arah datangnya serangan, tapi tahu-tahu diserang hingga kelabakan.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 31
Mendadak timbul pula semangat kesatrianya yang tak gentar pada apa pun juga, ia jadi nekat untuk menghadapi segala kemungkinan, katanya pula, “A Cu, besok akan kucarikan seorang tabib sakti untuk mengobati lukamu, sekarang boleh kau tidur dengan tenang.”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 30
Mendengar suara itu, padri di ujung kiri tadi terkejut, cepat ia membuka mata sambil melompat bangun, sekilas ia lihat kawan yang duduk di sebelahnya juga sudah ditendang roboh oleh Ti-jing. Keruan ia terperanjat dan berteriak, “Hai, Ti-jing, apa yang kau lakukan?”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 29
A Cu merasa kurang enak bila tinggal lama-lama di situ mengingat orang-orang itu adalah kawan Kiau Hong, kalau pemalsuannya ketahuan, tentu urusan bisa runyam. Maka cepat katanya, “Urusan pang kita boleh dirundingkan nanti saja, sekarang aku akan pergi melihat kawanan anjing Se He itu.”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 28
Mendengar pemuda itu berdoa agar dirinya menikah dengan sang piauko, Giok-yan sangat senang, ia menjadi tidak tega pula menyaksikan pemuda baik hati itu akan dibunuh orang, maka dengan sedih ia berkata, “Toan-kongcu, budi pertolonganmu, aku Ong Giok-yan takkan lupa untuk selamanya.”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 27
Untung waktu itu adalah malam dan di tempat sepi hingga tiada orang yang melihat sikapnya yang aneh itu, kalau tidak, tentu orang akan menyangka dia sudah gila.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 26
“Banyak terima kasih atas uraian Ti-kong Taysu sehingga kita semua dapat mengikuti duduknya perkara dari awal,” kata Ci-tianglo. Lalu ia unjuk surat yang dipegangnya tadi, “Dan surat ini adalah kiriman pendekar Toako Pemimpin itu kepada Ong-pangcu, isinya berusaha mencegah Ong-pangcu agar jangan mengangkat engkau sebagai gantinya. Nah, silakan baca sendiri, Kiau-pangcu.”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 25
Tan Cing menggeleng-geleng kepala menyaksikan itu, katanya dengan suara lantang, “Meski aku she Tan (tunggal), tapi istriku satu dan gundikku empat, anak-cucuku penuh serumah. Sebaliknya saudara Siang Wai ini, she Siang (genap, banyak) justru hidup sebatang kara tanpa teman hidup. Peristiwa ini seharusnya engkau sesalkan di masa dahulu, kalau sekarang baru dibicarakan, rasanya juga sudah terlambat. Nah, Siang-heng, kita diundang kemari oleh Be-hujin apakah tujuannya ialah untuk merundingkan urusan perjodohanmu?”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 24
“Kiranya jembatan itu adalah sebuah tok-bok-kip (jembatan balok kayu tunggal) yaitu hanya selonjor balok yang menghubungkan ujung sini dengan seberang sana. Di sebelah sini berdiri seorang laki-laki berbaju hitam dan sebelah sana berdiri seorang desa sambil memikul satu pikulan rabuk kotoran.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 23
Keruan Tiang-pi-soh atau si kakek lengan panjang yang dipanggil sebagai Tan-tianglo itu melengak, sahutnya, “Pangcu, orang ini terlalu kurang ajar, ilmu silatnya juga tidak rendah, kalau dibiarkan hidup, kelak tentu akan membahayakan.”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 22
“Ilmu silat Loji dengan sendirinya bukan nomor satu di dunia ini,” demikian tutur Pau-sam. “Tapi kalau dia tak sanggup melawan orang dan ingin melarikan diri, kuyakin di jagat ini juga tiada seorang pun mampu menahannya. Apalagi mereka suami-istri gabung bersama, tiada seorang pun yang mereka takuti. Tapi demi keselamatan Buyung-hiante, ia pikir mendatangkan bala bantuan lebih banyak akan lebih baik.”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 21
“Bunuhlah murid durhaka ini untuk membalaskan sakit hati ayah!” teriak Suma Lim mendadak sambil menerjang ke depan, palunya lantas mengetuk kepala Cu Po-kun.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 20
“Aku adalah tukang kebun yang disuruh menanam bunga oleh Hujin,” sahut Toan Ki dengan berlagak tertawa. “Peng-mama, apakah sudah siap rabuknya?”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 19
Toan Ki melongo kesima menyaksikan tindak-tanduk Ong-hujin yang aneh dan tidak masuk akal itu. Yang terpikir dalam benaknya waktu itu hanya “masakah ada peraturan begitu” atas keputusan si nyonya. Saking penasarannya tanpa terasa ia berseru, “Masakah ada peraturan begitu?!”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 18
Maka sekilas pandang saja Ciumoti sudah dapat melihat rahasia A Cu itu, katanya dengan tertawa, “Haha, masakah di dunia ini ada seorang nenek berumur cuma belasan tahun? Memangnya kau sangka Hwesio dapat kau bohongi terus?”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 17
Meski tangannya menjinjing seorang, namun tindakan Ciumoti tidak menjadi lambat. Makin lama makin jauh dan makin cepat jalannya. Dalam waktu beberapa jam lamanya ia selalu berkeliaran di antara lereng gunung yang sunyi.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 16
Tempat yang berkedut-kedut seperti diterobos tikus itu tercatat sebagai “Hwe-cong-hiat” pada lukisan itu. Waktu ia melirik sang paman, terlihat Po-ting-te sedang memerhatikan gambar Siau-yang-keng yang khusus harus dilatihnya dan tergantung di depannya itu, jari manis sang paman tampak sedang bergerak perlahan.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 15
Mula-mula Po-ting-te dan lain-lain merasa heran ketika mendengar ucapan Ciok-jing-cu tadi, mereka mengira imam yang biasanya jenaka itu sedang membadut. Tapi kini demi tampak sikap Ui-bi-ceng yang sungguh-sungguh itu, barulah mereka tahu urusan benar-benar sangat gawat.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 14
Di tengah perjamuan itu, hadirin ramai mengobrol ke timur dan ke barat, kemudian sama mengaturkan selamat pula kepada Toan Cing-sun suami-istri dan Ko Sing-thay karena kedua keluarga itu telah berbesanan. Seketika suasana tambah semarak dan beramai-ramai sama mengajak angkat cawan.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 13
Ciong Ban-siu suami-istri dan Ciong Ling cuma tahu bahwa sepasang katak itu bisa memanggil ular, tapi tidak tahu bila orang memakannya, maka akan timbul reaksi aneh pada tubuh orang yang memakannya itu.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 12
Tak tersangka, tiba-tiba tongkat bambu orang itu pun bergerak, “cus”, tongkat itu menutuk ke arahnya hingga kedua tenaga tutukan itu saling bentur di udara.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 11
Benar juga Wan-jing merasa perut orang naik turun dengan perlahan mengikuti gelombang suara tadi. Ia menjadi geli, “Haha, sungguh aneh!”
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 10
Sampai esok paginya lagi, ke-32 langkah itu sudah dapat dipecahkan seluruhnya. Diam-diam ia menghafalkan lagi seluruh ke-64 segi itu dari awal sampai akhir. Dan nyatanya memang berjalan dengan lancar.
Pendekar Kerajaan Tayli ~ Jilid 9
Benar juga, segera tampak Sian-tan-hou Ko Sing-thay tengkurap di atas kudanya, baju di bagian punggung tampak robek dan jelas kelihatan bekas telapak tangan. Cepat Toan Ki memburu maju dan tanya, “Ko-sioksiok, bagaimana keadaanmu?”